Kamis, 04 Februari 2010

Tabuh Perkusi

Silaturahmi Para Penabuh Perkusi

Panggung Jagongan Wagen menampilkan beberapa reportoar musik perkusi, yang digelar pada hari Minggu, 31 Januari 2010, di arena pertunjukan Yayasan Bagong Kussudiarjo, wilayah daerah Kasihan, Bantul, DIY.

Semangat anak-anak muda penabuh instrumen ritmikal ini begitu menggelora. Mereka berunjuk kemampuan dalam memainkan instrumen masing-masing pada malam hari waktu itu. Panggung program acara Jagongan Wagen mereka gunakan sebagai ajang menjalin kembali hubungan silaturahmi antar para penabuh perkusi, di Jogja khususnya.
Pertemuan kembali antara para penabuh inilah yang menjadi konsep pertunjukan bertajuk ‘Tabuh Perkusi’.

Bagaimana saya mengetahui latar belakang konsepnya? Jauh sebelum acara ini berlangsung, beberapa konseptor pementasan acara sempat membicarakannya di rumah singgah Art Music Today (di mana saya termasuk orang yang terlibat dalam kegiatan Art Music Today).

Mereka bernostalgia dalam satu ruang pertemuan untuk kembali berproses kreatif melalui panggung musik perkusi. Saya pikir di sini letak peranan ekstra musikal yang dapat mereka pertunjukkan nilai positifnya. Bahwa musik selain mempunyai kepentingan ekspresi individual ataupun kolektif, peranan musik juga dapat menjadi jejaring untuk mempererat hubungan antar personal maupun sosial.

Ini mereka tunjukkan dengan kembali berproses secara kolektif melalui media musik yang hendak ditampilkan. Yang sanggup menarik penonton hingga kurang lebih sekitar lima ratusan orang. Gegap gempita suara konstan ritme perkusif ini seperti menghipnotis penontonnya. Dengan tampilan atraktif para penyajinya pada acara ‘Tabuh Perkusi’ boleh dikatakan sukses.

Dan sudah tentu pesan yang ingin disampaikan pada pertunjukan mereka ialah merangsang semangat musisi perkusi muda lainnya, agar terus berproses setelah diadakan pertemuan kembali antar musisi itu. Cukup sekian, lain kali disambung lagi. Bravo kawankawan! Salam.

senggama kata kita

tiga baris peluru kau bidik pada rongga senapan pistolmu

”tak satu pun kerlingan kunangkunang menarik pikiranku
kecuali kau berada diantaranya, mendapati cintamu
tersungkur aku di surga dibelai polah rindu yang tak tertata”



pelanpelan kukeluarkan belati dari kulit pembungkusnya

”satu kunangkunang tejerat malam
limbung ia lalu bertengger pada
lentik jari manismu, sujud sukur ia
ketika kau menyematkan cinta di antara
pergelangan tangan itu”

ini penanda persenggamaan senjata kita masih berlaku

”tabik. tabik.”

katamu

”liukan tubuhku kini telah digenggamanmu
kunangkunang ratusan ribu menjadi sumpah
yang kau ukir dengan darah di ujung belatimu
peluruku masih tersimpan rapi”

kataku menimpali,

semoga. semoga.

persetubuhan katakata dari kedua senjata kita
di antara peluru dan belati kelak akan berkilatan
sinar makna yang beranak pinak mantra cahaya

seperti kerlipan kunangkunang yang senantiasa
setia pada malam

seperti siraman matahari yang senantiasa
setia menerawang siang


feb 2010

sumber gambar 1: bp1.blogger.com
sumber gambar 2: www.sfusd.k12