tiga baris peluru kau bidik pada rongga senapan pistolmu
”tak satu pun kerlingan kunangkunang menarik pikiranku
kecuali kau berada diantaranya, mendapati cintamu
tersungkur aku di surga dibelai polah rindu yang tak tertata”
pelanpelan kukeluarkan belati dari kulit pembungkusnya
”satu kunangkunang tejerat malam
limbung ia lalu bertengger pada
lentik jari manismu, sujud sukur ia
ketika kau menyematkan cinta di antara
pergelangan tangan itu”
ini penanda persenggamaan senjata kita masih berlaku
”tabik. tabik.”
katamu
”liukan tubuhku kini telah digenggamanmu
kunangkunang ratusan ribu menjadi sumpah
yang kau ukir dengan darah di ujung belatimu
peluruku masih tersimpan rapi”
kataku menimpali,
semoga. semoga.
persetubuhan katakata dari kedua senjata kita
di antara peluru dan belati kelak akan berkilatan
sinar makna yang beranak pinak mantra cahaya
seperti kerlipan kunangkunang yang senantiasa
setia pada malam
seperti siraman matahari yang senantiasa
setia menerawang siang
feb 2010
sumber gambar 1: bp1.blogger.com
sumber gambar 2: www.sfusd.k12